RSS

Kamu Tidak Pernah Tau

Kamu tidak pernah tau kenapa saya sulit melepaskan kamu, Kamu tidak pernah bisa memahami seberat apa saya mengikhlaskan kamu yang meninggalkan saya secara tiba-tiba. Karena hanya saya yang memiliki perasaan seperti ini, hanya saya yang selama ini memperjuangkan semua agar tetap baik-baik saja. Kamu hanya memikirkan bagaimana harus pergi dari saya tanpa harus menyakiti saya. Sehalus apapun cara kamu pergi, itu tetap menyakiti saya. Kamu tidak tau setinggi apa selama ini saya membanggakan kamu, saya ceritakan kebahagiaan saya kepada semua teman-teman karena memang saya bahagia saat bersama kamu. Saya yang selalu mendukung apapun yang kamu lakukan, saya tak akan menghalangi apapun kegiatan yang kamu pilih, saya selalu mendukungmu asal kamu bisa bahagia bersama saya, apapun itu.

Di manapun saya ditempatkan, di pikiran saya kamu tetap ada. Apakah kamu sudah makan, atau bagaimana kamu melewati hari, saya memikirkannya. Sedalam itu saya mencoba peduli. Tapi kamu tetap memilih pergi, kamu tetap tidak pernah tau betapa berharganya kamu bagi saya, hanya kamu yang bisa mengerti keadaan saya, menopang diri saya, dan hanya kamu yang memiliki hati saya. Dan yang tak pernah kamu tau, kamu meninggalkan saya, ketika saya sedang berada dipuncak tertinggi rasa sayang saya kepada kamu. Sebut ini berlebihan, tapi sejauh ini hanya kamu yang membuat saya seperti ini.

Hai, Apa Kabar?

aku tak bisa berjanji bahwa tak akan ada lagi rindu,
aku tak bisa berjanji bahwa tak akan ada lagi doa-doa untukmu,
aku tak bisa.
karena barangkali setelah semua ini aku akan berjalan saja, bukan berlari, apa lagi mengingkari isi hati.
aku akan berjalan mengikuti apapun yang ditakdirkan Tuhan.
karena menghilang dari hidupmu bukan berarti secepat itu aku mampu untuk tidak mencintaimu.
...

Berdirilah, Mulailah Berjalan

...
Entah mana yang lebih baik,
Tenggelam di kolam yang nyaman tapi berbahaya,
Atau berengang ke daratan yang aman tapi kita akan kehilangan kenyamanan itu
...

            “Kenangan kita gak akan pernah bisa aku lupain”. Itu kata mereka yang lebih rela kembali di sakiti demi sebuah kenangan, lebih rela kembali meneteskan air mata demi sebuah perasaan yang seharusnya sudah waktunya untuk di ikhlaskan.